Kamis, 15 Januari 2015

Taman Sari (Pemandian Sultan)


Pemandian Sultan di Taman Sari

Taman Sari merupakan salah satu warisan budaya Keraton Kasultanan Yogyakarta yang masih berdiri kokoh. Taman Sari dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I, tepatnya tahun 1758. Sampai saat ini, Taman Sari telah mengalami beberapa kali renovasi sehingga terlihat lebih indah tanpa kehilangkan nilai historis dan estetika aslinya. Letak Taman Sari tidak jauh dari Keraton Yogyakarta, hanya sekitar 300 meter di sebelah barat Keraton. Objek utama Taman Sari adalah kolam air yang dikelilingi benteng setinggi 6 meter.
Seiring fungsinya pada masa pembangunannya yaitu sebagai kolam permandian para istri Sri Sultan Hamengkubuwono I. Di depan gerbang masuk Taman Sari, terdapat gambar yang menunjukkan tata letak Taman Sari pada masa dahulu. Dari situ bisa bisa dilihat bahwa di sekitar Taman Sari dahulu terdapat kebun buah-buahan sehingga Sultan dapat memetik buah setiap saat. Di antara kebun buah-buahan tersebut adalah semangka, nanas, mangga, dan lain sebagainya.
“Umbul Pasiraman” atau ada yang menyebut dengan “Umbul Binangun” (versi lain “Umbul Winangun”) merupakan kolam pemandian bagi Sultan, para istri beliau, serta para putri-putri beliau. Kompleks ini dikelilingi oleh tembok yang tinggi. Untuk sampai ke dalam tempat ini disediakan dua buah gerbang, satu di sisi timur dan satunya di sisi barat. Di dalam gerbang ini terdapat jenjang yang menurun. Di kompleks Umbul Pasiraman terdapat tiga buah kolam yang dihiasi dengan mata air yang berbentuk jamur.
Di sekeliling kolam terdapat pot bunga raksasa. Selain kolam juga terdapat bangunan di sisi utara dan di tengah sebelah selatan.Bangunan di sisi paling utara merupakan tempat istirahat dan berganti pakaian bagi para puteri dan istri (selir). Di sebelah selatannya terdapat sebuah kolam yang disebut dengan nama “Umbul Muncar”. Sebuah jalan mirip dermaga menjadi batas antara kolam ini dengan sebuah kolam di selatannya yang disebut dengan “Blumbang Kuras”. Di selatan Blumbang Kuras terdapat bangunan dengan menara di bagian tengahnya.
Bangunan sayap barat merupakan tempat berganti pakaian dan sayap timur untuk istirahat Sultan. Menara di bagian tengah konon digunakan Sultan untuk melihat istri dan puterinya yang sedang mandi. Di selatan bangunan tersebut terdapat sebuah kolam yang disebut dengan “Umbul Binangun”, sebuah kolam pemandian yang dikhususkan untuk Sultan dan Permaisurinya saja. Pada zamannya, selain Sultan, hanyalah para perempuan yang diizinkan untuk masuk ke kompleks ini.
Dengan nuansa seperti itu dapat dibayangkan bahwa Taman Sari terlihat begitu sejuk dan anggun dengan banyaknya tanaman buah disekitarnya. Saat ini, nuansa tersebut tidak dapat ditemui lagi. Sekarang, daerah di sekitar Taman Sari telah berubah menjadi perumahan warga. Konon, mereka yang tinggal di sana adalah para kerabat abdi dalem Keraton yang telah turun-temurun. Terdapat banyak perumahan-perumahan abdi dalem yang ada di sekitar taman sari. Setiap warga yang menjadi abdi dalem hidupnya akan terjamin,juga akan di fasilitasi oleh sultan,mereka yang mempunyai anak akan di sekolahkan hingga tamat.
Taman Sari dibangun setelah Perjanjian Giyanti (1755), yakni setelah Sultan Hamengku Buwono yang telah sekian lama terlibat dalam persengketaan akhirnya berdamai dengan lawan. Bangunan tersebut dimaksudkan sebagai bangunan yang dapat dipergunakan untuk menentramkan hati, istirahat, dan berekreasi. Meskipun demikian, Taman Sari ini juga dipersiapkan sebagai sarana/benteng untuk menghadapi situasi bahaya. Di samping itu, bangunan ini juga digunakan untuk sarana ibadah. Oleh karenanya Pesanggrahan Taman Sari juga dilengkapi dengan mushola, tepatnya di bangunan Sumur Gumuling.
Nama Taman Sari terdiri atas dua kata, yakni taman yang berarti kebun yang ditanami bunga-bunga dan sari yang berarti indah.Dengan demikian, nama Taman Sari dimaksudkan sebagai nama suatu kompleks taman yang benar-benar indah atau asri.Letak Taman Sari hanya sekitar 0,5 km di sebelah selatan Kraton Yogyakarta. Arsitek bangunan ini adalah bangsa Portugis sehingga selintas seolah-olah bangunan ini memiliki seni arsitektur Eropa yang sangat kuat di samping makna-makna simbolik Jawa yang tetap dipertahankan. Namun, jika kita amati, makna unsur bangunan Jawa lebih dominan di sini. Taman Sari dibangun pada masa Sultan Hamengku Buwono I atau sekitar akhir abad XVII M. Taman Sari bukan hanya sekedar taman kerajaan.
Bangunan ini juga merupakan sebuah kompleks yang terdiri dari kolam permandian, kanal air, ruangan-ruangan khusus dan sebuah kolam yang besar (apabila kanal air terbuka).
Secara singkat, bagian-bagian Taman Sari terdiri dari:
1.      Bagian Sakral. Bagian sakral Taman Sari ditunjukkan dengan sebuah bangunan yang agak menyendiri. Ruangan ini terdiri dari sebuah bangunan yang berfungsi sebagai tempat pertapaan Sultan dan keluarganya.
  1. Bagian Kolam Permandian. Bagian ini merupakan bagian yang digunakan untuk bersenang-senang oleh Sultan dan keluarganya. Bagian ini terdiri dari dua buah kolam yang dipisahkan oleh bangunan bertingkat. Air kolam keluar dari pancuran berbentuk binatang yang khas. Bangunan kolam ini sangat unik dengan pot-pot besar di dalamnya. Bagian ini adalah bagian paling di sukai oleh sultan dalam keseharian nya untuk menghilangkan rasa lelah.
  2. Bagian Pulau Kenanga. Bagian ini terdiri dari beberapa bangunan yaitu Pulau Kenanga atau Pulau Cemeti, Sumur Gumuling, dan lorong-lorong bawah tanah.
Pulau Kenanga atau Pulau Cemeti adalah sebuah bangunan tinggi yang berfungsi sebagai tempat beristirahat sekaligus sebagai tempat pengintaian. Bangunan inilah satu-satunya yang akan kelihatan apabila kanal air terbuka dan air menggenangi kawasan Pulau Kenanga ini. Disebutkan bahwa jika dilihat dari atas, bangunan itu seolah-olah sebuah bunga teratai di tengah kolam yang sangat besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar